Ini masalah yang berkaitan dengan keuntungan memaafkan. Kemudian cerita daripada sifat baik memaafkan itu yang banyak dilakukan oleh para sahabat, para Aulia, selain dalilnya Al-Qur'an, dan hadits nabi Saw.
.
Diantaranya telah berkata seorang wali yang Sholeh yaitu Asy-syech Ibrahim at-taini, kata beliau "benar-benar ada seorang laki-laki yang pekerjaannya suka menzolimi aku." Tetapi orang wali ini apabila terus diganggu, dia terus diam dan tidak menganggap. Adapun orang awam seperti kita, jika menemukan keadaan seperti itu mungkin kita sudah sakit hati.
.
Kadang, penilaian dan pandangan kita merasa kasihan dan khawatir kepada orang wali itu. Perasaan itu tumbuh karena hati kita terdinding, sedangkan orang wali yang dizolimi itu masih bisa merasa santai dan tenang.
.
Paling tidak, kita bisa mengikuti perbuatan orang wali itu dengan tidak membalas apabila dizolimi.
.
Adapun orang yang tersinggung ketika dizolimi adalah orang yang hatinya telah terdinding.
.
Lebih baik mengobati penyakit yang ada dalam diri sendiri, kita tidak perlu mengkhawatirkan orang wali yang dizolimi.
.
Bermula memberi kebaikan kepada orang yang menyakiti kita itu adalah kebaikan diatas daripada Maqom memaafkan. Adapun kita orang awam cukup sampai "tidak mempedulikan" dulu, sebelum akhirnya untuk menaiki Maqom selanjutnya. Fokus untuk memperbaiki aib diri sendiri agar kita mampu menghilangkan rasa suka tersinggung.
.
Adalagi perkataan orang-orang Sholeh, apabila Allah ingin menghadiahi hadiah khusus kepada seorang hamba, dan hendak memberinya pangkat kehambaan yang khusus. Seperti apa caranya Allah memberikan itu semua? Yaitu Allah datangkan orang banyak untuk membenci dan mezolimi dirinya. Allah ingin memastikan apakah hati kita layak untuk menerima pangkat kehambaan yang Allah beri?
.
Apabila seseorang memiliki i'tiqad kuat kepada akhlaq pemurah dan shodaqoh, niscaya sifat orang Bakhil dan serakah tak pernah ia anggap sebagai masalah dalam hidupnya.
.
Apabila kita dizolimi orang, itu bukan sebuah masalah. Tetapi apabila kita tersinggung dengan hinaan, maka itu lah yang akan menjadi masalah. Masalah yang harus diperbaiki.
.
Diantaranya telah berkata seorang wali yang Sholeh yaitu Asy-syech Ibrahim at-taini, kata beliau "benar-benar ada seorang laki-laki yang pekerjaannya suka menzolimi aku." Tetapi orang wali ini apabila terus diganggu, dia terus diam dan tidak menganggap. Adapun orang awam seperti kita, jika menemukan keadaan seperti itu mungkin kita sudah sakit hati.
.
Kadang, penilaian dan pandangan kita merasa kasihan dan khawatir kepada orang wali itu. Perasaan itu tumbuh karena hati kita terdinding, sedangkan orang wali yang dizolimi itu masih bisa merasa santai dan tenang.
.
Paling tidak, kita bisa mengikuti perbuatan orang wali itu dengan tidak membalas apabila dizolimi.
.
Adapun orang yang tersinggung ketika dizolimi adalah orang yang hatinya telah terdinding.
.
Lebih baik mengobati penyakit yang ada dalam diri sendiri, kita tidak perlu mengkhawatirkan orang wali yang dizolimi.
.
Bermula memberi kebaikan kepada orang yang menyakiti kita itu adalah kebaikan diatas daripada Maqom memaafkan. Adapun kita orang awam cukup sampai "tidak mempedulikan" dulu, sebelum akhirnya untuk menaiki Maqom selanjutnya. Fokus untuk memperbaiki aib diri sendiri agar kita mampu menghilangkan rasa suka tersinggung.
.
Adalagi perkataan orang-orang Sholeh, apabila Allah ingin menghadiahi hadiah khusus kepada seorang hamba, dan hendak memberinya pangkat kehambaan yang khusus. Seperti apa caranya Allah memberikan itu semua? Yaitu Allah datangkan orang banyak untuk membenci dan mezolimi dirinya. Allah ingin memastikan apakah hati kita layak untuk menerima pangkat kehambaan yang Allah beri?
.
Apabila seseorang memiliki i'tiqad kuat kepada akhlaq pemurah dan shodaqoh, niscaya sifat orang Bakhil dan serakah tak pernah ia anggap sebagai masalah dalam hidupnya.
.
Apabila kita dizolimi orang, itu bukan sebuah masalah. Tetapi apabila kita tersinggung dengan hinaan, maka itu lah yang akan menjadi masalah. Masalah yang harus diperbaiki.
Minta rela... (Ph)
0 Komentar