Sering kali tiap malam engkau menghidupkan malammu dengan mengisi amalan-amalan dengan ilmumu. Jika kau berjuang agar menjadi ulama, siang menuntut ilmu, malam mengamalkan ilmu dan mengulangi ilmu. Itu hanyalah jembatan, tujuanmu adalah untuk kenyamanan hidup di dunia. Kau mengusahakan agar bisa di panggil dengan pangkat yang besar.
.
Apabila merasa diri ingin menjadi ulama agar bisa dikenal banyak orang, dan dipanggil dengan gelar besar, maka itu telah menyalahi pada niat dan tujuan yang sesungguhnya.
.
Seseorang yang ingin benar-benar duduk di pangkat kehambaan ialah ketika ia menuntut ilmu dan mengamalkan ilmu tersebut. Tetapi di hatinya tak pernah memiliki tujuan agar bisa di puji atau agar bisa dikenal sebagai seseorang yang memiliki gelar dan pangkat yang besar. Niat dan tujuan kita hanya satu, yaitu mendzohirkan akhlaknya Rasulullah.
.
Maka dari karena itu, tuntutlah ilmu yang mengajarkan kita agar benar duduk di kursi kehambaan. Bukan menuntut ilmu yang mengajarkan kita menjadi Tuhan dalam mengatur segala urusan.
.
Seseorang yang benar duduk di kursi kehambaan ialah ketika ia tak merasa memiliki apa-apa. Ketika orang lain menilainya alim, ia tak pernah merasa alim. Ketika orang lain menilainya kaya, ia tak pernah merasa kaya. Tetapi untuk pemurah terhadap sesama, ia akan selalu memiliki kepedulian yang tinggi.
.
Dan lagi, orang yang duduk di kehambaan itu ialah belajar mengerti, bukan ingin di mengerti. Belajar menerima, bukan bertanya. Jadi, saat Allah memberikannya bala, ia belajar memahami dan mengerti bahwa akan selalu ada kebaikan di sisinya, dan ia tak pernah bertanya "kenapa" kepada Allah, disaat ia merasa tak pernah memiliki kesalahan apa-apa. Kita ingin menjadi hamba, dan untuk menjadi hamba, maka ikuti Rasulullah. Karena Rasulullah, adalah sebaik-baik nabi yang dapat kita jadikan sebagai pemimpin.
.
Apabila merasa diri ingin menjadi ulama agar bisa dikenal banyak orang, dan dipanggil dengan gelar besar, maka itu telah menyalahi pada niat dan tujuan yang sesungguhnya.
.
Seseorang yang ingin benar-benar duduk di pangkat kehambaan ialah ketika ia menuntut ilmu dan mengamalkan ilmu tersebut. Tetapi di hatinya tak pernah memiliki tujuan agar bisa di puji atau agar bisa dikenal sebagai seseorang yang memiliki gelar dan pangkat yang besar. Niat dan tujuan kita hanya satu, yaitu mendzohirkan akhlaknya Rasulullah.
.
Maka dari karena itu, tuntutlah ilmu yang mengajarkan kita agar benar duduk di kursi kehambaan. Bukan menuntut ilmu yang mengajarkan kita menjadi Tuhan dalam mengatur segala urusan.
.
Seseorang yang benar duduk di kursi kehambaan ialah ketika ia tak merasa memiliki apa-apa. Ketika orang lain menilainya alim, ia tak pernah merasa alim. Ketika orang lain menilainya kaya, ia tak pernah merasa kaya. Tetapi untuk pemurah terhadap sesama, ia akan selalu memiliki kepedulian yang tinggi.
.
Dan lagi, orang yang duduk di kehambaan itu ialah belajar mengerti, bukan ingin di mengerti. Belajar menerima, bukan bertanya. Jadi, saat Allah memberikannya bala, ia belajar memahami dan mengerti bahwa akan selalu ada kebaikan di sisinya, dan ia tak pernah bertanya "kenapa" kepada Allah, disaat ia merasa tak pernah memiliki kesalahan apa-apa. Kita ingin menjadi hamba, dan untuk menjadi hamba, maka ikuti Rasulullah. Karena Rasulullah, adalah sebaik-baik nabi yang dapat kita jadikan sebagai pemimpin.
Minta rela... (Phu)
0 Komentar